Selasa, 25 Juni 2024

Menemukenali Nilai-nilai Luhur Kearifan Budaya Daerah - Ruang Kolaborasi Modul 1.1 (24.6.24)

PGP 11.564
Fasilitator :Dr. Muhammad Ridho Muttaqin, M.Pd.I.
Pengajar Praktik : AinunNajib, S.Pd.I


TUJUAN PEMBELAJARAN:

Peserta mampu menemukenali nilainilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota


PERTANYAAN:

1. Apa kekuatan konteks sosio kultural di daerah anda yang sejalan dengan pemikiran KHD?
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilainilai luhur        kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?
3. Sepakati kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda 


Dari pertanyaan diatas maka dapat ditarik jawaban sebagai berikut :

1. Apa kekuatan konteks sosio kultural di daerah anda yang sejalan dengan pemikiran KHD?

Kekuatan Sosio Kultural yang ada di daerah Kota Pekalongan yang sejalan dengan pemikiran KHD adalah sebagai berikut: 

1.Budaya Batik 

Batik dapat menjadi media pembelajaran yang efektif untuk mengenalkan nilai-nilai budaya, sejarah, dan tradisi Pekalongan kepada generasi muda. Ki Hadjar Dewantara mengajarkan pentingnya menghormati dan memelihara warisan budaya sebagai bagian penting dari pendidikan. Budaya batik di Pekalongan, dengan motif-motifnya yang khas dan teknik pembuatannya yang tradisional, menjadi simbol kelestarian budaya yang dijunjung tinggi. Melalui pendidikan, Ki Hadjar Dewantara mendorong penghargaan terhadap nilai-nilai budaya lokal seperti batik ini.

Budaya batik merupakan salah satu hasil akulturasi budaya dari elemen-elemen budaya dan tradisi atau kelompok masyarakat berbeda saling berinteraksi, menghasilkan penciptaan baru yang yang menggabungkan unsur-unsur dari budaya Jawa, Tionghoa, Islam, dan Eropa. Hal ini membuat batik Pekalongan menjadi unik dan berbeda dengan batik dari daerah lain di Indonesia, sementara tetap mempertahankan identitasnya sebagai bagian penting dari warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam.

2.Tradisi dan Adat Istiadat (lopisan, khaul) 

Ki Hadjar Dewantara menganjurkan pendidikan yang berpusat pada pengalaman nyata. Melalui tradisi seperti lopisan dan khaul, siswa dapat belajar tentang nilai-nilai kebersamaan, kerja keras, dan saling menghormati dalam konteks kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan visi pendidikan holistik yang tidak hanya berfokus pada akademis tetapi juga pengembangan karakter dan nilai-nilai sosial.

3.Keberagaman Suku dan Agama 

Keberagaman suku dan agama di Pekalongan menciptakan kesempatan bagi pendidikan untuk mengajarkan nilai-nilai toleransi, menghormati perbedaan, dan keterbukaan terhadap berbagai keyakinan dan praktik keagamaan. Ini sejalan dengan pemikiran KHD bahwa pendidikan seharusnya membentuk warga negara yang menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi nilai - nilai kemanusiaan.

4.Ekonomi Kreatif 

Geliat kreativitas masyarakat Pekalongan berkembang dengan adanya inovasi-inovasi kekinian. Ekonomi kreatif mendorong inovasi dan kreativitas di masyarakat Pekalongan. Pendidikan menurut KHD mengutamakan pengembangan potensi kreatif siswa dan kemampuan mereka untuk berinovasi. Melalui pendidikan yang memperkenalkan siswa pada industri kreatif lokal, seperti batik dan seni tradisional lainnya, siswa dapat belajar untuk menghargai dan memanfaatkan warisan budaya mereka sambil mengembangkan keterampilan kreatif mereka.

5.Semangat Gotong Royong dan Kepedulian Sosial

Nilai gotong royong dan kepedulian sosial tertanam kuat dalam masyarakat Pekalongan. Kata “brayan” menjadi slogan khas dari kota pekalongan yang menggambarkan gotong royong dan kepedulian sosial antar warga masyarakat. Dinas pendidikan Kota Pekalongan juga mencanangkan program “brayan sinau IKM” sebagai upaya untuk menggelorakan implementasi kurikulum merdeka dengan menggandeng berbagai stakeholder mulai dari pemerintah, satuan pendidikan, komunitas belajar


2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilainilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?

Proses pembuatan batik melibatkan keterampilan yang kompleks dan ketekunan tinggi. Melalui pendidikan batik, anak tidak hanya belajar keterampilan praktis, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai seperti kesabaran, ketelitian, dan ketahanan dalam menghadapi tantangan. Hal ini menguatkan karakter individu dalam konteks pengembangan pribadi. Melalui pendidikan batik, anak dapat terlibat dalam kegiatan kolaboratif yang memperkuat ikatan sosial dan solidaritas di antara anggota masyarakat. Hal ini mengajarkan nilai-nilai seperti kerja sama, menghargai perbedaan, dan membangun jaringan sosial yang kuat. Manfaat yang dapat dipetik dari pendidikan kontekstual berbasis budaya lokal yaitu menanamkan identitas dan pelestarian budaya, memperkuat hubungan antara murid, sekolah , keluarga dan lingkungan masyarakat serta sebagai katalisator pengembangaan intelektual. Ragam implementasi dalam kurikulum dapat menjangkau aspek penerapan tarian dan musik tradisional, pendidikan dwi bahasa (nasional dan daerah), mempunyai keterampilan tradisional, pengetahuan ekologi tradisional dan pengetahuan ekosistem lokal.


3. Sepakati kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda 

KHD menekankan pentingnya budi pekerti untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan budaya Pekalongan yang menjunjung tinggi nilainilai gotong royong, toleransi, dan saling menghormati. 

KHD memandang kearifan lokal dan budaya lokal sebagai sumber belajar yang berharga. Hal ini sejalan dengan kekayaan budaya Batik Pekalongan yang sarat makna dan nilai-nilai luhur. Pendidikan kontekstual berbasis budaya lokal juga tercantum dalam UU No. 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan menekankan pentingnya pendidikan berbasis budaya untuk memperkuat identitas dan mendorong pengembangan intelektual. Implementasi pendidikan berbasis budaya lokal mengacu pada ranah muatan pendidikan, metode pembelajaran dan konteks lingkungan dan manajemen pendidikan. Dari penerapan pendidikan berbasis budaya lokal tersebut juga dapat memberi makna pendidikan tentang budaya lokal daerah, pendidikan melalui pembudayaan dan pendidikan dalam lingkungan budaya.Program karakter siswa mandiri melalui kreasi budaya kearifan lokal dengan membangun paradigma pendidikan kontekstual berbasis proyek yang berpusat pada anak dengan pendekatan kontekstual sesuai dengan zaman dan keadaan. Konstruksi pembelajaran yang dicapai yaitu membangun siswa untuk dapat menentukan topik pembelajaran berbasis refleksi dan kehidupan sehari-hari. Dari pembelajaran tersebut mengarahkan pada ekosistem pendidikan yang mengoptimalkan lingkungan dan budaya kearifan lokal.